Kamis, 02 Desember 2021

Semana Santa Di Tengah Ancaman Corona

 Semana Santa di Tengah Corona


Tulisan inilah telah dipublikasikan di media FloresPost.com - 15 Maret 2020


 

Oleh: Lodofikus Silverius Uhe Koten


Jumlah penderita Corona terus bertambah. Berbagai negara terus merilis data terbaru perkembangan penyebaran virus itu di negaranya. Indonesia pun demikian. Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto, dari waktu ke waktu menyampaikan perkembangan kasus Corona serta penanganannya kepada publik. Pada minggu (15/03/2020) ia mengumumkan perkembangan terbaru. Jumlah penderita sudah mencapai 117 orang. 5 orang diantaranya meninggal dunia sementara 8 orang berhasil sembuh. Jumlah ini mengalami peningkatan sangat signifikan sejak pertama kali diumumkan menyerang seorang ibu dan anaknya warga Depok, Jawa Barat sepekan silam (02/03/2020), setelah keduanya berkontak langsung dengan warga Negara Jepang dalam sebuah acara di Indonesia.


Penularan virus ini cukup mudah. Sebagaimana yang telah dipublikasikan, dari manusia ke manusia, virus Corona menyebar melalui kontak langsung dengan penderita; batuk dan bersin penderita dalam jarak dua meter, komunikasi dalam jarak sangat dekat yang memungkinkan cipratan air liur, jabatan tangan, ciuman. Virus ini juga bisa menular jika kita menyentuh benda yang sudah lebih dahulu disentuh penderita Corona, lalu dengan tangan yang sudah terpapar virus itu kita menggosok mata, hidung atau mulut kita. Untuk mencegah cara penularan yang terakhir ini, biasakan diri mencuci tangan dan jangan menggosokan tangan pada mata, hidung, mulut atau bagian tubuh lainnya yang mengandung cairan atau lendir.


Untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran virus Corona, sejumlah negara mengambil langkah tegas. Mulai dari Pembatasan akses ke sejumlah fasilitas umum sampai menutup negaranya terhadap kunjungan orang asing. China, tempat asal virus menutup akses ke berbagai tempat di negaranya. Italia menutup semua tempat perbelanjaan, bar, gereja kecuali apotik dan tokoh makanan. Arab Saudi menyetop ibadah umrah dan melarang warga dari 50 negara masuk ke negaranya. Di Betlehem, tempat lahir Yesus, gereja ditutup untuk batas waktu tidak tentu untuk mencegah penyebaran Corona. Dan teranyar, tepatnya hari jumat, 13 Maret kemarin, Vatican juga menutup semua Gereja.


Di Malaysia, negara tetangga kita, pasca perhelatan Tabilgh Akbar yang dihadiri sekira 10.000 jemaah, otoritas setempat meminta semua peserta yang hadiri acara itu untuk memeriksakan diri. Pasalnya, 3 orang peserta Tabligh Akbar diketahui positif Corona. Situasi yang menimbulkan huru hara dan ketakutan. Di Jakarta sejumlah fasilitas publik sudah ditutup. Sekolah juga diliburkan selama dua pekan. Sejumlah negara di Eropa menghentikan perhelatan liga sepakbola termasuk liga Europa dan piala champion



 

Di Kabupaten Flores Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur, ancaman Covid – 19 ini belum nyata. Belum ada warga Kabupaten ini yang diketahui positif Corona. Sampai di sini kita patut bersyukur. Kita semua pasti juga berharap, virus mematikan itu tidak akan ada di bumi Lamaholot. Meski demikian, waspada harus menjadi sikap bersama semua elemen. Melihat cara penyebaran virus yang begitu gampang, kita patut mempertimbangkan pagelaran, event, atau acara yang mengumpulkan banyak orang. Apalagi jika pesertanya datang dari berbagai daerah, yang telah terpapar Corona.


Lalu bagaimana dengan Semana Santa? Tradisi Gereja Katolik Larantuka ini 4 minggu lagi akan digelar. Bagi orang Larantuka, Semana Santa adalah ritus wajib. Wajib bagi orang Larantuka yang tinggal di Larantuka, juga wajib bagi orang Larantuka di perantauan. “Permesa Tua'” adalah wujud syukur pada Sang Pemberi Hidup. Karena itu setiap tahun menjelang pekan suci, kota Larantuka didatangi dari berbagai penjuru. Melalui transportasi darat, laut maupun udara.


Tradisi berumur ratusan tahun itu, sejak lama sudah menarik perhatian. Jumlah peziarah setiap tahunnya mencapai ribuan orang. Mereka datang dari berbagai tempat. Dalam negeri dan luar negeri. Dari berbagai golongan usia, profesi, suku dan ras. Bahkan ada juga umat beragama lain yang datang entah untuk menjawabi rasa penasaran tentang Semana Santa atau juga karena tuntutan profesi (wartawan misalnya). Hotel dan penginapan di Larantuka selalu terisi penuh. Home stay yang disiapkan warga kota juga full. Bahkan gedung sekolah, aula pertemuan terpaksa harus disiapkan menampung rombongan peziarah.


Untuk penyelenggaraan tahun ini, hotel dan tempat – tempat penginapan sudah dibooking. Berbagai persiapan sudah dilakukan. Panitia sudah terbentuk. Kapela dipugar, home stay dirapikan. Sekretaris Panitia DPP paroki Katedral, Paul Fernandez sebagaimana diberitakan Pos Kupang pada senin (09/03/2020) juga menghimbau warga kota Larantuka untuk “membuka pintu rumahnya” bagi peziarah yang tidak mendapat penginapan. Dia juga memperkirakan jumlah peziarah tahun ini lebih banyak dari pada tahun sebelumnya.


Perayaan Semana Santa tahun ini dilaksanakan dalam bayang – bayang Corona. Kekuatiran warga kota Larantuka mulai tertangkap. Ada netizen yang mulai menyampaikan kekuatirannya dan meminta antisipasi dini. Komunitas Satu Lamaholot yang beranggotakan intelektual muda asal Lamaholot di Jakarta juga mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah – langkah antisipasi. Belajar dari kasus di berbagai negara, juga kasus pertama di Indonesia, virus Corona ditularkan setelah ada kontak dengan orang asing yang datang dari tempat terpapar virus.


Larantuka bakal didatangi ribuan orang beberapa pekan mendatang. Setidaknya ada 4 Pintu masuk kota Reinha. Boru menjadi pintu masuk Jalur darat, Gewayan Tanah Watowiti pintu masuk jalur udara, pelabuhan laut Larantuka dan pelabuhan fery Waibalun pintu masuk jalur laut.


Untuk mencegah masuknya virus Corona ke Larantuka, jika para pihak yang berkepentingan tetap membuka kesempatan peziarah dari berbagai tempat datang ke Larantuka maka pemeriksaan di setiap pintu masuk wajib dilakukan. Semua prosedur pemeriksaan harus dijalankan meski memberikan rasa tidak nyaman dan mengganggu perjalanan. Untuk urusan ini, pemerintah kabupatenlah yang harus mengambil langkah. Mulai dari mengadakan sarana dan prasarana pendukung hingga skema pemeriksaan. Semuanya harus dirancang secara baik dan matang. Tetapi jika kita tidak siap untuk melakukan itu, pilihan terakhir adalah membatasi keikutsertaan peziarah. Siapa bilang pemerintah tidak punya kewenangan membatasi itu. Untuk tahun ini, biarlah hanya diikuti umat di keuskupan saja.


Bupati dan wakil bupati Flores Timur serta Gereja lokal keuskupan Larantuka sudah harus bicara. Libatkan juga para pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan Semana Santa. Tradisi Semana Santa kita hidupi ratusan tahun karena kita mengimani ada “keselamatan” ditimba dari sana. Karena itu semua pihak harus juga mengambil sikap tegas dan terukur untuk memastikan keselamatan umat dan masyarakat.


Senin, 21 Januari 2013

Struktur Sosial


Struktur sosial dipahami sebagai suatu bangunan sosial yang terdiri dari berbagai unsur pembentuk masyarakat. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dan fungsional. Artinya kalau terjadi perubahan salah satu unsur, unsur yang lain akan mengalami perubahan juga. Unsur pembentuk masyarakat dapat berupa manusia atau individu yang ada sebagai anggota masyarakat, tempat tinggal atau suatu lingkungan kawasan yang menjadi tempat dimana masyarakat itu berada dan juga kebudayaan serta nilai dan norma yang mengatur kehidupan bersama tersebut.
Tiap unsur tersebut akan membentuk sistem atau pola hubungan yang menjadi roh dari struktur tersebut sekaligus menunjukan dinamika sosial yang terjadi didalamnya. Hubungan antar individu menghasilakan pola-pola hubungan yang ada, dalam bentuk status dan peran masing-masing. Hubungan anatara individu dan kelompok akan memunculkan proses sosialisasi dan juga pola interaksi yang ada. Sementara hubungan antara manusia dengan lingkungannya akan menimbulkan kebudayaan baik yang bersifat material maupun kebudayaan material. Pola hubungan-hubungan yang terjdi dari berbagai unsure kehidupan masyarakat ini akan menjadi ciri dari masyarakat mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan masyarakat lainnya.
Koentjaraningrat ( 1983:175) menjelaskan bahwa struktur sosial adalah kerangka yang dapat menggambarakan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. Sementara itu Soeleman B, Taneko (1983:12) menjelaskan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yakni kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial.
Jika struktur sosial diibaratkan sebagai sebuah gedung bertingkat tiga, dan atap gedung tersebut adalah kebudayaan masyarakatnya, maka atap tersebut tidak saja sebagai atap bangunan gedung paling atas, melainkan juga atap bagi lantai dua dan laintai satu juga. Bangunan sosial ini dapat kokoh berdiri karena adanya pola hubungan sosial yang terjadi di dalamnya. Pola tersebut adalah hubungan individu dengan individu, hubungan individu dengan kelompok dan hubungan kelompok dengan kelompok yang ada. Pola hubungan ini akan berlangsung di bawah norma dan nilai yang mereka sepakati bersama. Misalnya dalam bangunan gedung di atas, pintu dan jendela memiliki fungsi yang berbeda, pintu dan jendela sebagai norma yang mengatur perilaku penghuninya. Jika dia memasuki ruangan tertentu dalam gedung tersebut mereka akan menggunakan pintu sebagai jalan mereka memasuki ruangan dan bukan melalui jendela, walaupun jendela dekat dengan posisi berdiri seseorang yang akan memasuki ruangan.dan mereka bisa memasuki ruangan melalui jendela, akan tetapi hal ini tidak lazim atau tidak sesuai dengan peraturan atau nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.
Demensi Struktural ada dua macam yaitu demensi vertical dan demensi horizontal. Demensi vertical akan melihat masyarakat secara bertingkat. Jika itu bangunan gedung di atas adalah tembok dengan lantai-lantainya dengan tangga sebagai penghubung antara lantai yang ada. Sebagai kenyataan sosial demensi vertical akan nampak pada stratifikasi sosial, kelas sosial dan status sosial dalam masyarakat. Apakah seseorang berada pada lapisan atas, menengah atau bawah dan apakan dia termasuk pada orang yang berada dikelas atas, menengah atau bawah adalah wujud dari demensi struktur sosial secara vertical.
Demensi horizontal biasa disebut sebagai deferensisasi atau ketidaksamaan sosial; yaitu suatu pembedaan sosial secara horizontal dalam arti perbedaan-perbedaan tersebut tidak mengandung perbedaan secara bertingkat, melainkan berbeda saja satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut walaupun dikatakan tidak mengandung unsur perbedaan secara vertical, namun dalam masyarakat sering muncul penilaian yang memandang perbedaan tersebut dengan demensi vertical.
Misalnya pekerjaan, adalah bermacam-macam dan pada hakekatnya pekerjaan di dasarkan kepada nilai kemanusiaan yang sama yaitu bekerja untuk pemenuhan nafkah bagi diri dan keluarga. Jenis pekerjaan yang ada dapat berbeda, tetapi hakekatnya adalah sama dalam memenuhi nilai kemanusiaan tersebut. Timbul demensi vertical manakala orang membandingkan pekerjaaan tersebut dari beberapa aspek, seperti penghasilanya yang diperoleh, sifat pekerjaannya kasar atau halus; membutuhkan banyak tenaga atau banyak pikiran. Pandangan demikian akan menyebabkan pekerjaan sebagai unsure deferensiasi social memiliki demensi vertical. Contoh pekerjaaan sebagai Pegawai Negeri Sipil akan lebih dihargai dari pada pekerjaan sebagai petani ddemikian juga pekerjaan yang sama misalnya pegawai negeri akan dibedakan berdasarkan jabatan yang dimiliki. Misalnya staff akan berbeda penghargaanya dengan kepala bangunan.
http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/struktur-sosial/

Selasa, 24 April 2012

Agama Tidak Menyelamatkan

Agama Sia-Sia??

Agama Tidak Menyelamatkan



Ini hanya sebuah ceritera. Sumpah!!!! Ini hanya sekedar ceritra.

Tentang temanku, tepatnya tentang hasil jerih payah temanku. Kerja kotor otaknya.
Atau mungkin hasil refleksi panjangnya.

Katanya Agama itu sia-sia. Tidak ada keselamatan yang datang jika kau beragama. Dia pernah bilang begitu kepada saya saat kami baru bertemu setelah 13 tahun berpisah

Saya bilang dia gila. "Konyol pikiran mu teman," begitu kataku

Lalu aku mulai melawannya sehabisku. Kucoba patahkan keyakinannya yang kataku sesat itu. Kukeluarkan semua ilmu sosiologi agamaku sampai pengalaman imanku. Tapi dia dengan tenang menjawab, "Teman Tuhan tidak akan pernah kau temukan pada agamamu karena agamamu hanya serangkaian seremonial. Imanmu dibesarkan tradisi, Keselamatan kekalmu terukur dari berapa seringnya kau menghadiri seremonialmu itu Dan keKukuhanmu menjaga tradisimu".

"Aku mengagumi Yesus Gurumu itu, tapi banyak ajarannya yang sudah kau belokan untuk membuatmu selamat di mata manusia. Hanya iman dan perbuatan baik yang menyelamatkanmu, jika itu tidak kau hidupi, maka sia-sialah!!," tegasnya.

Kata-katanya menamparku. Sangat keras, sampai-sampai aku melihat dunia berbentuk prisma.

Rabu, 04 April 2012

Semana Santa Larantuka

Tuan Ma, prosesi 2011



Melihat Dari Dekat Semana Santa Larantuka (1)

"Maria Misionaris Pertama"


Silverius Koten,


Setiap tahun, pada perayaan pekan suci - sepekan sebelum paskah - kota Larantuka, sebuah kota kecil di ujung timur pulau Flores, selalu didatangi ribuan pesiarah. Tradisi unik di kota itu, menjadi alasan kedatangan para pesiarah. Di sana, tradisi gereja katolik terinkultirasi dengan dua budaya yang terpelihara dengan baik selama 5 abad. Budaya Lamaholot dan budaya Portugis.

Menyambut perayaannya tahun ini, kota Larantuka mulai didandani. Meski belum cantik benar, wajah kota itu mulai dibersihkan. Tumpukan sampah di jalan-jalan dibakar. Lubang-lubang di sepanjang jalan utama ditambal - meski terpaksa dengan semen. Di Kapela-tempat ibadah dengan ukuran kecil dan tori-tempat sembayang milik suku-suku semana, juga mulai tampak sibuk dengan persiapan.

Di tengah persiapan itu, tampak sejumlah pesiarah sudah mulai berdatangan. Rombongan mahasiswa Kupang, pesiarah seantero nusantara bahkan dari luar negeri tampak mulai hilir mudik mengunjungi kapela. Puncak kedatangan pesiarah setiap tahun biasanya pada hari rabu trewa dan kamis putih.

Semana santa sebenarnya sebutan dalam bahasa Portugis untuk Pekan Suci. Dalam tradisi gereja Katolik, pekan suci dimulai pada minggu Palma sampai minggu paskah. Pada masa itu, orang Katolik berdoa, berpuasa, dan menimba rahmat sambil merenung dan mengenangkan kisah Yesus mulai dari masuk kota Yerusalem, perjamuan terakhirnya dengan para murid, Wafat hingga kebangkitanNya.

Di Larantuka, semana santa atau pekan suci dikenal juga dengan sebutan "hari bae" (hari baik); saat berahmat. Secara liturgis, semua bentuk perayaan dalam pekan suci di Larantuka sama dengan perayaan di gereja Katolik di seluruh dunia. Yang membedakannya adalah devosinya (doa khusus) pada Maria.
Tikam Turo

Agama Katolik sendiri masuk ke Flotim melalui Solor. Diceritakan, pada tahun 1550, sebuah kapal dagang Portugis singgah di pulau Solor dalam perjalanan dagang membeli rempah-rempah. Para pedagang Katolik ini berkenalan dengan masyarakat setempat, mengajar Agama dan mempermandikan sejumlah orang di sana. Tahun 1556, sebuah kapal Portugis melintasi wilayah itu dan ketika menghadapi cuaca buruk, ia mampir dan berlindung di pulau solor. Nahkoda kapal itu mengajarkan agama Katolik kepada raja Lohayong (Solor) dan mempermandikannya menjadi Katolik.

Apa yang dirintis oleh kaum awam yang pedagang ini kemudian dilanjutkan oleh para misonaris Portugis yang datang kemudian. Di bawah para misionaris Dominikan, Gereja Solor berkembang. Misionaris pertama adalah pastor Antonio de Taceira. Mereka kemudian mendirikan benteng Lohayong (Fort Henricus).

Perkembangan iman Katolik juga tidak bisa dilepas pisahkan dari peran raja Larantuka dan para suku-suku semana. Pada 1665, Raja Ola Adobala dibaptis atau dipermandikan dengan nama Don Fransisco Ola Adobala Diaz Vieira de Godinho. Raja ini kemudian menyerahkan tongkat kerajaan berkepala emas kepada Bunda Maria Reinha Rosari.

Setelah tongkat kerajaan itu diserahkan kepada Bunda Maria, Larantuka sepenuhnya menjadi kota Reinha dan para raja adalah wakil dan abdi Bunda Maria. Pada 8 September 1886, Raja Don Lorenzo Usineno II DVG, raja ke-10 Larantuka, menobatkan Bunda Maria sebagai Ratu Kerajaan Larantuka. Sejak itulah, Larantuka disebut dengan sapaan Reinha Rosari.

Prosesi pada malam jumat Agung juga merupakan tradisi yang ditinggalkan bangsa Portugis. Dalam prosesi yang disebut sesta Vera itu, Arca Maria Bunda Berdukacita atau Mater Dolorosa yang oleh orang Larantuka disebut Tuan Ma yang diarak keliling kota.

Prosesi Laut

Ada beberapa versi ceritera tentang keberadaan Tuan Ma. Salah satu versi menurut tutur sejarah lisan menyebut, mula-mula ditemukan oleh seorang pemuda bernama Resiona di pantai Larantuka pada tahun 1500-an. Arca wanita cantik itu kemudian dibawa olehnya dan ditahtakan di rumah adat sukunya (Koke Bale). Arca wanita cantik itu, diperlakukan selayaknya sebuah benda keramat milik suku.
Misionaris Portugis yang datang kemudian, memperkenalkan bahwa arca itu adalah Maria. "Maria adalah misionaris pertama di Larantuka, dia yang mula-mula datang sebelum para misionaris Portugal dan Belanda," ungkap ketua Dewan Paroki Katedral Reinha Rosari, Saul da Costa.

Setelah keluarga Resiona menjadi Katolik, arca Tuan Ma dipindahkan ke Kapela. Meski demikian, Suku Resiona hingga kini tetap sebagai penjaga Tuan Ma.

"Ritus ini mulanya milik Resiona, tetapi setelah dipindahkan ke Kapela dia sudah menjadi milik RENU atau milik umat seluruhnya," terang pembina serikat awam Katolik Conferia, Emanuel Sani de Ornay.

Versi lainnya menyebut, patung tuan ma dibawah oleh misionaris portugis Gaspardo Espirito Santo dan Agostinhode Madalena pada abad ke 16. Yang lainnya mengatakan, arca tuan ma terdampar di pantai Larantuka setelah kapal milik portugis karam di pantai kea atau Lokea.

Prosesi malam Jumat Agung sendiri, menurut Eman berlangsung beberapa tahun setelah kedatangan Arca Tuan Ma. Prosesi itu menurutnya merupakan sebuah strategi show force untuk mempertahankan iman umat yang terguncang akibat serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Belanda dan umat non Katolik ke Kota Larantuka setelah sebelumnya telah berhasil menguasai benteng Fort Henricus di Lohayong Solor.

"Banyak imam Katolik yang meninggal dalam pertempuran itu, umat Katolik seperti domba yang kehilangan gembala, tidak ada pelayanan sakramen dalam waktu yang cukup lama, umat tercerai berai, banyak yang melarikan diri ke hutan, tapi keberadaan serikat awam Conferia yang dibentuk misionaris ordo Dominikan membuat umat tetap berkanjang dalam doa. Saat-saat sulit seperti itu, Maria sungguh dialami sebagai penghibur, pendoa, pembawa pengharapan kepada Putranya Yesus, pengalaman iman seperti itulah yang membuat Maria tidak bisa dilepas lagi dari kehidupan iman bahkan keseharian umat," tutur Eman.

Selain raja, peran suku-suku semana juga sangat besar dalam menjaga tradisi semana santa Larantuka. Ada 13 suku semana yakni Suku Kabelen Resiona, Lewai atau Laveri-Kabu, Raja Ama Koten atau DIaz Viera de Godinho, raja ama Koten atau suku Kea- Aliandu, raja ama Kelen atau Blantaran de Rosari, ama Maran, Sau-Diaz, Riberu-da Gomes, suku Kelen (Balela), Lamuri, da Silva Mulawato, Lawerang, Kapitan Jentera-Fernandez Aikoli.

Kepemimpinan tradisional inilah yang dipakai oleh misionaris Portugal sebagai pintu masuk Katolik. Suku-suku ini selain melakukan doa (mengaji semana), juga menjaga warisan suku berupa benda-benda suci. Kapitan Jentera atau Fernandez Aikoli misalnya, suku ini merupakan penjaga sebuah patung Yesus dengan tangan terikat. Oleh orang Larantuka disebut tuan trewa. 

"Benda-benda suci diserahkan ke suku-suku untuk disimpan di Koke Bale menjadi media pengkatolikan umat waktu itu, benda-benda suci itu menjadi aset suku, dijaga secara turun temurun, kemudian saat ini disimpan di tempat khusus milik suku yang disebut tori," imbuh Saul da Costa.


"Termakan Usia, Digantikan Duplikat" 


Umur arca tuan ma kini mencapai 502 tahun. Ketika mencapai umur 500 tahun atau tepat 5 abad pada 07 Oktober 2010 silam, umat merayakan pestanya secara besar-besaran. Perhitungan umurnya sendiri didasari pada studi sejarah Tuan Ma yang ditulis oleh seorang Belanda, Francois Valentyn. Buku yang berjudul Oud en Nieuw Oost Indien etc itu melaporkan tentang adanya musibah karam di Pulau Penyu yang disebut Nusapinha Lokea yang aslinya Lewo Kea (kampung Penyu).

Studi sejarah itu, paralel dengan salah satu versi sejarah tentang Tuan Ma yang dituturkan di Larantuka. Dari berbagai ceritera yang penuh misteri itu, dikisahkan juga bahwa arca Tuan Ma ditemukan terdampar di pantai Lewo Kea setelah mengapung di sebuah kapal Portugal karam di perairan.

Terlepas dari berbagai misteri yang melingkupi kehadiran Tuan Ma di tengah umat di Larantuka, arcanya tidak luput dimakan usia. Tuan Ma yang setiap tahun selama ratusan tahun berarak bersama umat mengikuti kisah hidup putranya Yesus dalam tradisi sesta vera akhirnya rapuh juga.



Tuan Ana yang dipikul Lakademu
Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong Kung, Pr, dengan semangat menjaga kelangsungan tradisi itu mengusulkan untuk dibuatkan sebuah duplikat Tuan Ma. Meski sebagai Uskup, ia adalah pemimpin tertinggi gereja yang melingkupi wilayah Flores Timur dan Lembata, namun niatan itu tidak bisa dipaksakannya. Ia tahu, Tuan Ma, meski sudah menjadi milik umat tetapi dipelihara dan terwariskan dalam tradisi suku-suku semana.

"Ide awalnya sudah ada sejak perayaan 5 abad. Banyak yang memberi masukan kepada bapa uskup," terang sekertaris uskup, Rm. Blasius Kleden, Pr ketika ditemui di istana kesukupan, selasa (03/04).

Pada bulan desember 2012, uskup menyampaikan ide itu kepada putra raja Larantuka, Don Martinus DVG. Gayung bersambut, Don Tinus mengumpulkan semua suku-suku semana, perangkat kapela, dan conferia-serikata awam gereja yang berdevosi khusus kepada Bunda Maria.

Rencana itu ternyata mendapat reaksi beragam. Banyak yang menolak dengan keras. Seorang Lajenti-petugas dari suku tertentu yang selalu berjalan mundur di depan Tuan Ma setiap prosesi-bahkan mengancam akan berhenti. Don Tinus, terpaksa mengancam dengan otoritasnya, untuk mengalihkan tugas Lajenti ke suku lain.

"Barang yang tabu ko kamu seenaknya mau rubah," tutur Don Tinus mengulang protes umat.

Kesepakatan kemudian tercapai. Meski masih ada sejumlah penolakan. Patung Tuan Ma asli setiap tahun tetap ditahtakan di kapelanya untuk upacara cium tuan. Sementara, duplikat hanya untuk perarakan mengikuti rute prosesi saja. Sebelum pembuatan duplikat, suku-suku semana,conferia, dan perangkat kapela melakukan novena selama 9 hari di kapela Tuan Ma. Novena itu dilakukan dengan satu tujuan: memohon ijin dari Tuan Ma.
Tuan Meninu



Butuh waktu 48 hari bagi Emil Diaz (55), seniman pematung, untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ia diberi sebuah ruang khusus di istana keuskupan. Sebelum mulai pekerjaannya, Emil yang juga adalah kerabat kerajaan Larantuka itu, disumpah untuk tidak menceritakan kepada siapapun ikhwal pembuatan patung itu.

Hasilnya memuaskan. Patung yang berbahan dasar fiber itu mirip dengan aslinya. Kemiripan rupa itu juga, menurut Rm. Blasisus, mampu meredam protes sejumlah suku-suku semana. Hal itu, menurutnya, terindikasi dari kehadiran umat ketika pemberkatan patung itu di istana keuskupan, kamis (29/03) lalu.

"Jumlahnya umat yang datang mencapai sepertiga umat yang ikut perosesi jumat agung," katanya.

Mgr. Frans Kopong sendiri, ketika pemberkatan Tuan Ma duplikat, menegaskan,  jika patung hanyalah sarana sikap dan teladan hidup. Patung menurutnya bukan tujuan. Patung hanya alat yang membantu umat untuk lebih menghayati kehidupan iman serta mengenal dan mencintai Bunda Maria.


Duplikat Tuan Ma
 ”Patung bukan pusat. Bukan tujuan dari devosi dan ibadat. Ia hanya alat yang membantu agar kita lebih mengenal dan mengasihi Tuhan dan Bunda Maria serta mencontohi sikap dan teladan hidup Bunda Maria,” ujar Uskup Frans.

Usia patung yang sudah mencapai 500 tahun, bagi Uskup Frans, rapuh juga oleh hukum alam. Usianya yang menua, membuat kondisi patung Tuan Ma tidak aman untuk diarak dalam prosesi. Ia berharap, ketuaan fisik dan kerapuhan patung itu tidak membuat devosi dan tradisi yang terawat hingga 5 abad berakhir.

"Sebagai alat yang membantu sudah selayaknya kita harus merawat dan menjaganya,” kata Uskup.

_________________________________________ ***** ________________________________




Selasa, 21 Februari 2012

2H2 Center, Program Cerdas Berbiaya Murah

 Sedikit Tentang Program Cerdas 22 Center Dinkes Flores Timur


"Kami Sudah Lihat Sendiri Ibu Hamil Melintasi Selat"



Setelah mendapat kesempatan mempresentasikan 2H2 center di hadapan bank dunia dalam seminar yang diselenggarakan PNPM Generation, di Jakarta, dr. Yosepph Usen Ama, kepala dinas Kesehatan kabupaten Flores Timur, secara iseng mendaftar program itu untuk ikut sayembara Indonesian Milenium Development Goals Award (IMA) tahun 2011 silam.

Geliat program yang oleh PNPM Generation terkategori sebagai program cerdas itu sama sekali luput dari pantauan media. Dr. Yosep, sang inisiator mengaku tidak mau mempublikasikan programnya sebelum ada hasil. Media baru mengetahuinya setelah ia pulang dari Jakarta mempresentasekan program itu di seminar PNPN Generation, pertengahan nopember 2011.

Inovasi dinkes Flores Timur dengan meluncurkan program 2H2 Center menuai prestasi. Program Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak di 19 kecamatan yang melakukan monitoring ketat melalui sms terhadap semua ibu hamil terutama pada masa rentan yaitu 2 hari sebelum  melahirkan dan 2 hari sesudah melahirkan itu berhasil menjadi nominator ajang tahunan Indonesia Milenium Development Goals Award (IMA).

Setidaknya dari total sebanyak 226 buah konsep program pembangunan berkoridor MDGs yang diinisiasi dan didaftarkan oleh kabupaten/kota, LSM, organisasi pemuda, dan sektor swasta dari seluruh Indonesia, 2H2 center tetap lolos. Sebanyak 68 program tersingkir.

Dalam siaran persnya yang diterima koran ini, minggu (22/01), utusan khusus presiden RI yang sekaligus ketua dewan juri IMA, Prof. Dr. Nila Moeloek menjelaskan, para nominator umumnya bergerak di pencapaian tujuan peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak, perbaikan nutrisi, akses kepada air bersih, dan sanitasi serta pngendalian HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.

Dari propinsi NTT, ada 3 program sukses yang masuk nominasi IMA. Kabupaten Sikka dengan program " Pemahaman dan pencegahan HIV/AIDS untukguru dan murid", sedangkan dua program lainnya dari kabupaten Flores Timur yakni "2H2 center untuk peningkatan kesehatan ibu dan anak" dan "Manejemen zero Breakdown Motorcycle untuk Pelayanan Kesehatan".

2H2 center menjadi satu-satunya program yang diinisiasi oleh pemkab, 2 lainnya oleh LSM. Yang lebih membanggakan, untuk wilayah Bali, NTB, dan NTT, hanya ada dua program pemkab yang masuk nominasi yakni Flores Timur dan Jembrana-Bali.

"IMA 2011 memang diselenggarakan secara berbeda. Sesuai temanya 'Beraksi Untuk Negeri, kami ingin betul-betul menggugah tindakan nyata pembangunan dan membuktikan implementasi maupun keberhasilan pencapaiannya secara langsung di lokasi program," ujar Nila Moeloek dalam siaran persnya itu.

Penjurian lapangan dilakukan oleh tim dari MDGs dan sebuah LSM yang bertindak sebagai oficial partner. Tim juri yang terdiri atas Gordon Manuanin, seorang assiten utusan khusus Presiden untuk MDGs Bidang Regional dan Global serta Mikael Seringgoringgo.

Mereka tiba di Larantuka, ibukota kabupaten Flores Timur pada hari sabtu (14/01) untuk melakukan verifikasi lapangan. Waktu mereka hanya 1 hari. Akan tetapi mereka akhirnya harus tinggal lebih lama karena tidak ada pesawat tujuan Kupang akibat cuaca buruk.

Pembatalan kepulangan mereka ke Jakarta menjadi berkat tersendiri buat 2H2 center. Minggu siang (15/01), Joria Parmin, staf 2H2 center yang sedang bersiap dirumahnya, mendapat kabar akan ada ibu hamil yang dirujuk dari Adonara. Siang itu, ia sebenarnya mendapat tugas untuk menemani tim juri untuk meninjau aktivitas 2H2 center di puskesmas Waiklibang, kecamatan Tanjung Bunga.

Baginya, kabar itu adalah momentum berharga. Setidaknya tim juri berkesempatan menyaksikan langsung bagaimana staf 2H2 center melaksanakan salah satu tugasnya yakni menjemput pasien rujukan di pelabuhan dan diantar ke RSUD Larantuka-satu-satunya rumah sakit rujukan di Flores Timur.

Setelah memberi kabar kepada Sopir ambulans dinkes yang biasa bertugas menjemput pasien rujukan, ia mengirim sms kepada dr. Yoseph. Ia tahu, dr. Yoseph sedang bersama tim juri berada di rumah pribadinya. Mereka sedang menunggu wartawan untuk melakukan siaran pers sebelum ke Waiklibang.

Mendapat kabar itu, dan setelah menunggu kedatangan bidan Joria Parmin, dr. Yoseph bersama tim juri menuju Jembatan tambatan perahu (JTP) Pantai Pallo. Lokasinya tidak jauh dari rumah pribadi dr. Yoseph yang letaknya dekat RSUD Larantuka. JTP Pantai Pallo belum lama dibangun pemkab. Tetapi arus penyeberangan manusia dan barang dari tempat itu ke Tanah Merah di Adonara Barat sudah lama dilakoni warga.

Dengan perahu motor berukuran kecil, penyeberangan itu harus melewati arus selat Gonsalu yang terkenal sangat deras. Saking derasnya arus di selat itu, BNPG bahkan sudah dua kali gagal dalam ujicoba listrik tenaga arusnya.     

Menyaksikan hal itu, Gordon tidak bisa menyebunyikan kekagumannya. Ia mengaku, 2H2 center sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan anak, khusunya yang ada di daerah-daerah terpencil.

"Kami sudah lihat sendiri bagaimana ibu hamil dibawah melintasi selat dengan arus yang sangat deras. Ini memang program cerdas. Kami akan presentasekan hasil verifikasi lapangan ini dengan sungguh-sungguh kepada tim juri di Jakarta nanti," ungkapnya.

Pria asal kabupaten SOe itu memaparkan, dengan indikator penilaian para juri yang meliputi proses perancangan program, implementasi program, dampak atau hasil nyata yang dirasakan masyarakat, keberlanjutan, pengembangan dari pembelajaran program, maka 2H2 center memiliki peluang sebagai pemenang.

"Program yang direncanakan secara matang, diwujudkan secara berkesinambungan dalam komitmen jangka panjang, menargetkan cakupan penerima manfaat yang luas, serta memiliki pertimbangan matang bagi masa depan masyarakat, tentunya akan mendapat perhatian dan bonbot nilai yang baik," sebutnya.

Pengumuman pemenang dan penganugerahan penghargaan direncanakan terjadi pada tanggal 01 Februari 2012 mendatang, dihadiri oleh Presiden RI di balai Kartini Jakarta. Para pemenang berhak menerima penghargaan dari peogram IMA berupa piagam, berpartisipasi dalam lokakarya serta menghadiri audiens dengan Presiden dan wakil Presiden RI.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, Yoseph Usen Ama menjelaskan keberadaan 2H2 center menunjukan hasil yang cukup baik. Sejak berdiri pada Oktober 2010, angka kematian ibu dan anak menurun signifikan. Di tahun 2009 misalnya, terdapat 14 kasus kematian ibu melahirkan. Angka itu mengalami penurunan signifikan dua tahun setelah adanya 2H2 center yakni 10 kasus di tahun 2010 dan 6 kasusu di tahun 2011.

2H2 center sendiri menurutnya, merupakan program besar dengan biaya kecil. Dalam setahun, biaya yang dibutuhkan untuk membangun koordinasi seperti itu hanya Rp. 3,5 juta saja. Biaya itu diperuntukan untuk pengadaan pulsa dan diambil dari biaya rutin. Ia mengaku, tidak ada pos biaya khusus dalam APBD yang mengalokasikan dana untuk program itu.

Tim 2H2 center hanya berjumlah 3 orang. Mereka adalah staf dinkes Flores Timur dan memiliki sebuah ruang khusus pada kantor dinkes Flores Timur. Jika jam kantor usai, HP dibawa pulang secara bergilir oleh ketiga petugas itu. Tim itu, sebutnya, selain bertugas memantau perkembangan ibu hamil, juga membuat data kelahiran dan bahkan menjemput pasien rujukan dari pulau Solor dan Adonara untuk di antar ke RSUD Larantuka; satu-satunya rumah sakit rujukan di Flores Timur.

Sementara itu di kecamatan, selain mengandalkan para bidan desa yang tersebar hampir di separuh wilayah kabupaten itu, 2H2 center juga membangun koordinasi dengan para camat, pastor, dan pemimpin agama lainnya. Ia menyebut, 2H2 center merupakan gerakan moral yakni menggugah orang lain untuk peduli pada keselamatan sesamanya.

"Ketika saya tawarkan program ini pada awal pembentukan di tahun 2010 banyak orang ingin terlibat. Camat bisa tanya kepala desanya tentang perkembangan ibu hamil di desa masing-masing, para pastor kalau ada waktu bisa mengunjungi ibu hamil di sela-sela pelayanannya ke desa-desa. Pulsa mereka sendiri yang isi, bides tentunya pantau terus ibu hamil di wilayah kerjanya," katanya.

Yoseph mengaku sudah menerima undangan untuk menghadiri malam pengumuman pemenang dan penganugerahan IMA di Jakarta. Ia mengaku tidak memiliki ambisi menjuarai ajang itu. Sebagaimana motivasi awalnya ketika menginisiasi 2H2 center, ia mengaku hanya ingin meminimalisir tingginya angka kematian ibu dan anak di NTT khususnya kabupaten Flores Timur serta mengajak orang lain untuk secara bersama-sama peduli pada sesama.

Pada malam penghargaan, 2H2 center berhasil menggondol salah satu kategori penerima penghargaan tahunan itu. Proficiat!!!



 

Kamis, 10 November 2011

Perempuan dari Jendela

 Perempuan itu berhenti sejenak. Jari telunjuknya mengelap butiran keringat yang basah di keningnya. Beberapa mengalir membasahi alisnya. Leher jenjangnya juga mulai dibasahi  keringat.  Setelah menyibak rambutnya yang menempel pada pipinya yang basah, ia mulai berjalan perlahan. Di depan tumpukan batu-batu pecah ia berhenti. Pandangannya melompat dari satu batu ke batu lainnya, sejenak tampak bimbang, kemudian kedua tangannya dijuluri untuk mengangkat sebuah batu yang cukup besar dan membopongnya.  
Ia berbalik melangkah terengah-engah. Raut wajahnya tampak memerah menahan beban di tangannya. Setelah lima langkah, dengan sekali sentakan batu di tangannya dilempar ke tanah. “Prakkk…,” batu yang dilemparnya menghantam tumpukan batu lainnya di tanah.
Ia berhenti. Pandangannya lurus menatap lorong yang sepi. Pagi-pagi biasanya lorong kecil itu tidak dilintasi. Banyak yang masih lelap tertidur. Hanya ibu-ibu yang bangun mengurusi dapurnya. Itu tampak dari kepulan asap yang terlihat hampir dari setiap dapur.
 Kedua tangannya mencakar pinggangnya, sambil membuang napas panjang. Tampak sekali ia lelah. Jari telunjuk kanannya kembali membasuh keringat di wajahnya yang makin deras.
Sudah lima kali ia melakukan hal yang sama. Dari balik jendela aku mengamati setiap gerakannya dengan cermat. Pandanganku tidak pergi darinya kemanapun ia bergerak.
Kali ini cukup lama ia diam di tempatnya berdiri sambil sesekali tangannya mengelap keringat di wajah dan lehernya. Ia menggerai rambut panjangnya yang merah kecoklatan  dan membetulkan ikatnya.
Pagi ini merupakan yang ketiga kalinya kulihat dia melakukan hal itu. Minggu pagi, ketika pertama kalinya dia membangunkanku sekitar pkl. 05.00 pagi, mataku belum cukup kuat untuk melek. Tapi ia memaksaku untuk bangun. Diguncang-guncangkannya badanku sambil merengek minta ditemani. Meski dengan rasa kantuk yang amat sangat, kutemani juga perempuan itu sambil bermalas-malasan di tangga depan rumah.
Hari ketiga ini, ia masih membangunkanku. Tapi kali ini, dia tidak sampai menguncang-guncang tubuhku karena aku sudah terjaga ketika merasakan ia melepas pelukannya dari tubuhku. Sebelum turun dari ranjang, aku sempat mengusap perutnya yang semakin membuncit itu dan kucium keningnya.
Ya, sudah 8 bulan perempuan ini mengandung anakku. Anak kami. Setelah 8 bulan melewati masa pacaran, kami putuskan untuk mengukuhkan ikatan kami dengan menghadirkan seorang manusia bersama kami.
Ya, Perempaun dari jendela itu, ia ibu dari anakku. Perempuan yang menyempurnakanku. 

15 September 2011 tengah malam,
Ketika perempuan itu lelap di sampingku