Ia berbalik
melangkah terengah-engah. Raut wajahnya tampak memerah menahan beban di
tangannya. Setelah lima langkah, dengan sekali sentakan batu di tangannya
dilempar ke tanah. “Prakkk…,” batu yang dilemparnya menghantam tumpukan batu lainnya
di tanah.
Ia berhenti.
Pandangannya lurus menatap lorong yang sepi. Pagi-pagi biasanya lorong kecil
itu tidak dilintasi. Banyak yang masih lelap tertidur. Hanya ibu-ibu yang
bangun mengurusi dapurnya. Itu tampak dari kepulan asap yang terlihat hampir
dari setiap dapur.
Kedua tangannya mencakar pinggangnya, sambil
membuang napas panjang. Tampak sekali ia lelah. Jari telunjuk kanannya kembali
membasuh keringat di wajahnya yang makin deras.
Sudah lima kali ia
melakukan hal yang sama. Dari balik jendela aku mengamati setiap gerakannya
dengan cermat. Pandanganku tidak pergi darinya kemanapun ia bergerak.
Kali ini cukup lama
ia diam di tempatnya berdiri sambil sesekali tangannya mengelap keringat di
wajah dan lehernya. Ia menggerai rambut panjangnya yang merah kecoklatan dan membetulkan ikatnya.
Pagi ini merupakan
yang ketiga kalinya kulihat dia melakukan hal itu. Minggu pagi, ketika pertama
kalinya dia membangunkanku sekitar pkl. 05.00 pagi, mataku belum cukup kuat
untuk melek. Tapi ia memaksaku untuk bangun. Diguncang-guncangkannya badanku sambil
merengek minta ditemani. Meski dengan rasa kantuk yang amat sangat, kutemani
juga perempuan itu sambil bermalas-malasan di tangga depan rumah.
Hari ketiga ini, ia
masih membangunkanku. Tapi kali ini, dia tidak sampai menguncang-guncang
tubuhku karena aku sudah terjaga ketika merasakan ia melepas pelukannya dari
tubuhku. Sebelum turun dari ranjang, aku sempat mengusap perutnya yang semakin
membuncit itu dan kucium keningnya.
Ya, sudah 8 bulan
perempuan ini mengandung anakku. Anak kami. Setelah 8 bulan melewati masa
pacaran, kami putuskan untuk mengukuhkan ikatan kami dengan menghadirkan
seorang manusia bersama kami.
Ya, Perempaun dari
jendela itu, ia ibu dari anakku. Perempuan yang menyempurnakanku.
15 September
2011 tengah malam,
Ketika
perempuan itu lelap di sampingku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar